BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Penyakit
gastrointestinal (GI) merupakan
masalah kesehatan utama yang menyerang lebih dari 34 juta orang Amerika.
Kira-kira 20 juta dari mereka mengalami gangguan kronis dan kira-kira 2 juta
mengalami kecacatan permanen. Jumlah yang meninggal setiap tahun karena
penyakit GI adalah 200.000. Penyakit gastrointestinal adalah penting karena
mayoritas dari proses pencernaan terjadi pada permukaan usus, dan di dalam sel pencernaan tempat terjadinya absorpsi.
Jenis penyakit dan gangguan yang mempengaruhi saluran GI bawah sangat banyak
dan bervariasi. Pada semua kelompok umur, gaya hidup yang cepat, stress yang
tinggi, kebiasaan makan tidak teratur, masukan serat dan air tidak cukup, dan
kurangnya latihan sangat berperan dalam masalah ini (Smeltzer & Bare, 2001).
Tujuh persen penduduk di Amerika
menjalani apendiktomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dengan insidens
1,1/1000 penduduk pertahun, sedang di negara-negara barat sekitar 16%. Di
Afrika dan Asia prevalensinya lebih rendah akan tetapi cenderung meningkat oleh
karena pola dietnya yang mengikuti orang barat (www.ilmubedah.info.com,
2011). Untuk kejadian apendisitis di Indonesia khususnya di NTB, peneliti tidak
menemukan referensi valid yang menyatakan jumlah maupun perbandingan penderita
apendisitis. Data dari instalasi rekam medik RSU Provinsi NTB tahun 2011,
menunjukkan bahwa penderita apendistis mengalami peningkatan setiap bulan dan
kasus terbanyak terdapat di ruang Seruni dengan penderita dari bulan
Juli-September berjumlah 84 orang dengan presentase penderita laki-laki 39,28%
dan wanita 60,71%.
Ni Ketut Kusumarjathi (2009) yang
melakukan penelitian di ruang Bima RSUD Sanjiwani Gianyar Bali tentang tingkat
kecemasan pasien pre apendiktomi berdasarkan usia, pekerjaan, dan tingkat pendidikan dengan
responden berjumlah 30 orang. Karakteristik responden berdasarkan usia adalah 70%
berumur 20 - 30 tahun, 23,3% berumur 31 - 40 tahun,
dan 6,7% berumur 41 - 50 tahun. Berdasarkan jenis pekerjaan 13,3% tidak bekerja,
26,7% PNS, 50% swasta, 10% bekerja lain-lain. Berdasarkan tingkat pendidikan
sebagian besar SMA 50%. Tingkat kecemasan responden adalah 3,33%, kecemasan
berat, 73,3% kecemasan sedang, dan 23,3% kecemasan ringan. Berdasarkan hasil
penelitian disimpulkan bahwa tingkat kecemasan pasien pre apendiktomi yang
terbanyak adalah menurut tingkat pandidikan SMA 50% (15 orang) (http://isjd.pdii.lipi.go.id,
2011).
Berdasarkan pengalaman empiris yang
didapat peneliti saat praktek
laboratorium rumah sakit pada bulan februari 2011 di RSU Provinsi NTB, bahwa
peneliti mendapatkan pasien yang akan dioperasi tanpa ditemani oleh keluarganya,
mengalami kecemasan yang menimbulkan perubahan fisiologis seperti jantung
berdebar-debar, peningkatan tekanan darah, nafas cepat, perasaan
adanya tekanan pada dada yang dapat beresiko ketika menjalani pembedahan
sehingga jadwal operasi diundur beberapa
hari. Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada 10 pasien yang akan
menjalani operasi apendisitis dengan cara memberi kuesioner untuk mengetahui
tingkat dukungan keluarga dan lembar observasi HRS-A untuk mengukur tingkat
kecemasan, didapatkan 30% mengalami kecemasan ringan, 60% mengalami kecemasan
sedang, dan 10% mengalami kecemasan berat dengan dukungan keluarga rata-rata
dalam kategori baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Ruspita
Jenita Nadeak (2010) dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan
Pasien Pre Operasi di Ruang RB2 RSUP HAM Sumatera Utara” memperoleh hasil bahwa
ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi
dengan dukungan keluarga terbesar adalah kategori baik 53,2% dan paling sedikit
adalah kategori kurang 17,7%. Untuk tingkat kecemasan kategori tertinggi adalah
kecemasan ringan 46,8% dan yang paling sedikit adalah kategori berat 24,2%
(www.mediaindo.co.id, 2011).
Dukungan keluarga diharapkan mampu
menurunkan tingkat kecemasan pada psien pre operasi apendisitis yang dapat
berupa dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan penilaian
(appraisal), dan dukungan emosional. Dari uraian dan data di atas, maka perlu
dilakukan penelitian guna mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan
pada pasien pre operasi apendisitis di ruang Seruni RSU Provinsi NTB.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas maka dirumuskan masalah penelitian yaitu “
apakah ada hubungan simetris antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan
pasien pre operasi apendisitis di ruang seruni RSU Provinsi NTB ?.”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1.
Tujuan umum
Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat
kecemasan pasien pre operasi apendisitis di ruang Seruni RSU Provinsi NTB tahun
2012.
1.3.2.
Tujuan khusus
a.
Mengidentifikasi dukungan keluarga yang
diberikan pada pasien pre operasi apendisitis di ruang seruni RSU Provinsi NTB.
b.
Mengidentifikasi tingkat kecemasan pasien
pre operasi apendisitis di ruang seruni RSU Provinsi NTB.
c.
Menganalisa hubungan dukungan keluarga
dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi apendisitis di ruang seruni RSU
provinsi NTB.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat
penelitian adalah kegunaan hasil penelitian, baik bagi kepentingan pengembangan
program maupun kepentingan ilmu pengetahuan. Hasil penelitian ini diharapkan
berguna untuk :
1.4.1.
Bagi RSU Provinsi NTB
a.
Sebagai bahan masukan khususnya tenaga
perawat untuk meningkatkan mutu pelayanan di ruang rawat inap bedah dengan cara
melibatkan keluarga dalam memberikan dukungan pada pasien yang akan menjalani
operasi.
b.
Memperkaya ilmu pengetahuan tentang
dukungan keluarga pada pasien pre operasi.
1.4.2.
Bagi peneliti
Untuk menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti sendiri tentang pentingnya
keterlibatan keluarga dalam memberikan dukungan keluarga pada pasien pre
operasi.
1.4.3.
Bagi pengembangan ilmu
a.
Dapat dijadikan informasi bagi
akademik/pendidikan untuk kegiatan belajar mengajar atau sumber pengetahuan
tentang ilmu keperawatan pasien pre operasi khususnya tentang dukungan keluarga.
b.
Sebagai bahan masukan atau pertimbangan
untuk penelitian lebih lanjut tentang kebutuhan dukungan keluarga pada pasien pre
operasi.
1.4.4
Bagi pasien
Sebagai fakta
ilmiah bahwa pengetahuan dukungan keluarga sangat diperlukan untuk mengurangi
kecemasan pasien pre operasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar